Sirukam adalah sebuah nagari yang terletak tidak jauh dari kaki Gunung Talang yang daerahnya berada di sebelah timur kota Solok. Sirukam terbagi dari 4 (empat) Jorong yaitu Gantiang, Lubuk Pulai, Koto Tingga dan Kubang Nan Duo, yang jumlah penduduknya berkisar lebih kurang 5000 jiwa. Nagari Sirukam mempunyai sebuah tradisi yang unik, tradisi ini lain dari tradisi yang lain, dan hanya dijumpai di nagari ini. Tradisi ini adalah sebuah lamaran sekaligus pertunangan yang disebut Manggodok.
Manggodok adalah sebuah tradisi adat sekaligus sosial budaya yang ada di Nagari Sirukam. Kata Godok sendiri adalah sebuah makanan yang terbuat dari tepung ketan yang diisi luo (kelapa parut yang dimasak lalau diberi gula merah) lalu digoreng. Yang pembuat nya dikerjakan bersama – sama oleh para wanita baik tua, maupun muda. Jadi Manggodok adalah sebuah acara lamaran dan pertunangan yang dilaksanakan dengan cara membuat godok bersama -sama dengan masyarakat Nagari.
Pemuka Adat Nagari Sirukam Bustaman Khatib Sampono menjelaskan sebelum di adakan nya acara manggodok terlebih dahulu datanglah lamaran dari pihak laki- laki ke pihak perempuan yang disebut Maresek. Setelah diadakan nya acara maresek, lalu diadakanlah pertemuan antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan untuk dimusyawarahkan nya hari atau tanggal dilaksanakannya manggodok atau meminang secara resmi menurut adat.
Setelah hari manggodok ditentukan, dihimbaulah masyarakat untuk membuat godok di rumah kedua belah pihak. Setelah semua godok dimasak , pada malam harinya datang lah niniak mamak pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan untuk mengantarkan godok yang telah dibungkus dengan dasar baju, yang diberikan oleh pihak laki laki kepada calon mempelai wanita untuk dijahit dan dipakai pada acara akad nikah.
Di dalam bungkusan dasar baju tersebut terdapat 25 (dua puluh lima) buah godok, daun sirih, daun nipah, dan pinang. Godok tersebut diterima langsung oleh tungganai dan niniak mamak pihak perempuan.
Keesokan harinya tungganai pihak perempuan akan membagikan godok yang di antar oleh niniak mamak pihak laki laki semalam kepada karib kerabat nya sebagai tanda kalau anak kemenakan nya sudah ada yang melamar. Dua hari setelah itu, berkumpulah niniak mamak kedua belah pihak untuk memusyawarahkan tanggal kapan akan dilangsungkan nya acara pernikahan. Sebagai tanda dari pertunangan tersebut , pihak laki-laki akan menitipkan sebuah kolong berbentuk cincin yang nilainya sebesar 21/2 (dua setengah) emas. Kolong tersebut dititipkan dan dipegang oleh perempuan.
Di dalam bungkusan dasar baju tersebut terdapat 25 (dua puluh lima) buah godok, daun sirih, daun nipah, dan pinang. Godok tersebut diterima langsung oleh tungganai dan niniak mamak pihak perempuan.
Keesokan harinya tungganai pihak perempuan akan membagikan godok yang di antar oleh niniak mamak pihak laki laki semalam kepada karib kerabat nya sebagai tanda kalau anak kemenakan nya sudah ada yang melamar. Dua hari setelah itu, berkumpulah niniak mamak kedua belah pihak untuk memusyawarahkan tanggal kapan akan dilangsungkan nya acara pernikahan. Sebagai tanda dari pertunangan tersebut , pihak laki-laki akan menitipkan sebuah kolong berbentuk cincin yang nilainya sebesar 21/2 (dua setengah) emas. Kolong tersebut dititipkan dan dipegang oleh perempuan.
Seandainya pertunangan itu di batalkan oleh pihak laki-laki, maka kolong yang di titipkan kepada pihak perempaun tadi tidak akan dikembalikan kepada pihak laki-laki tersebut. Namun, seandainya pihak perempuan yang membatalkan pertunangan tersebut, namun pihak perempuan harus mendenda 2 (dua ) buah kolong tadi. Tapi, apabila acara pertunangan itu lancar-lancar saja, maka pernikahan akan dilangsungkan pada hari yang telah ditentukan.
Di sinilah letak keunikan yang ada di Nagari sirukam. Kalau di daerah lain acara lamaran umumnya hanya acara tukar cincin, namun di sirukam acara lamarannya menggunakan makanan yaitu godok. Di acara manggodok inilah terjalin kerjasama antar masyarakat, yang mana pepatah mengatakan “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”.
Di sinilah letak keunikan yang ada di Nagari sirukam. Kalau di daerah lain acara lamaran umumnya hanya acara tukar cincin, namun di sirukam acara lamarannya menggunakan makanan yaitu godok. Di acara manggodok inilah terjalin kerjasama antar masyarakat, yang mana pepatah mengatakan “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”.
sumber:
http://aet.co.id
0 Response to "‘Manggodok’ Tradisi Mempertemukan Antara Pria Dan Wanita di Nagari Sirukam"
Post a Comment