Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman menjabat sebagai Kepala Laras Sungai Puar antara 1870-an sampai 1930-an. Beliau
mempunyai rumah gadang yang terbesar dan termegah di Sungai puar. Rumah
gadang miliknya, yang termasuk paling mewah untuk ukuran waktu itu,
seringkali dikunjungi oleh tamu-tamu penting bangsa Belanda, seperti
perencana pembangunan jalan kereta api Sawahlunto pantai timur Sumatra
J.W. Ijzerman, antropolog Universitas van Amsterdam asal Jerman Alfred
Maas, dan mantan misionaris Meint Joustra. Para pengunjung Eropa itu
sempat memotret interior rumah gadang milik Satuak Tumangguang Sutan
Sulaiman (lihat misalnya, buku Alfred Maas, Quer durch Sumatra: Reise-Erinnerungen. Berlin: Wilhem Ssserott, 1904; M. Joustra, Minangkabau: Overzicht van Land, Geschiedenis en Volk.
Leiden: Louis H. Becherer, 1921). Foto-foto itu boleh dibilang cukup
langka karena sebenarnya tidak banyak dokumen visual klasik yang
memotret interior rumah gadang Minangkabau.
Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman
adalah seorang Kepala Laras yang sangat bertanggung jawab dan
memperhatikan kemaslahatan masyarakatnya. Ia mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan Belanda di Sungai Puar dengan selektif dan tidak mau
didikte oleh Kompeni. Ia pernah menolak instruksi Belanda untuk
memungut belasting kepada penduduk Sungai Puar sehingga ia
dibuang ke Pulau Bangka. Barangkali sifat kritis Datuak Tumangguang
itulah yang kemudian diwariskan kepada salah salah seorang anaknya,
yaitu pahlawan nasional Abdul Muis dan penulis novel Salah Asuhan
yang terkenal itu. Abdul Muis (lahir di Sungai Puar, 3 Juli 1883
meninggal di Bandung, 17 Juli 1959) terkenal sebagai sastrawan dan tokoh
pergerakan nasional. Saudaranya, Sudirman, yang namanya diabadikan
untuk kejuaraan bulutangkis Piala Sudirman, juga telah banyak berjasa
untuk Republik Indonesia. Barangkali kedua orang itu ada di antara
anak-anak yang terekam dalam potret keluarga ini. Diperkirakan Abdul
Muis baru berusia 7 tahun ketika foto ini dibuat, dan saudaranya,
Sudirman, berusia lebih muda lagi.
Rupanya Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman punya keluarga matrilineal yang besar. Dalam foto ini terekam tidak kurang dari 47 orang (tua, muda, dan anak-anak). Berdiri di tengah (pakai saluak,
baju dalaman putih dan jas hitam) Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman,
yang diapit oleh anak-kemenakannya. Bagi keluarga besar matrilineal
Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman tentu telah tersua pepatah Bapak kayo mandeh baameh, mamak disambah urang pulo, sarik pintak indak kabuliah, sarik kandak indak kabalaku.
Sumber:
0 Response to "Minang Saisuak #96 - Keluarga Besar Laras Sungai Puar: Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman"
Post a Comment