Minang Saisuak #157 - Pasar Keramaian di Solok Tahun 1927

Pasar keramaian (fancy fair) atau sering disebut juga pasar malam adalah salah satu kegiatan budaya dan eknomi yang sering dilakukan pada zaman kolonial. Kegiatan itu dilangsungkan pada siang dan malam hari. Istilah ini kadang-kadang disebut juga dengan “pasar keramaian”. Gemanya masih terdengar setidaknya sampai 1980-an. Ingat misalnya acara tahunan Padang Fair yang biasanya diadakan di lapangan Rimbo Kaluang yang masih diadakan secara rutin sampai 1980-an.

Adalah Pemerintah Kolonial Belanda yang pertama kali memperkenalkan fancy fair ini. Tujuannya tiada lain berlatar ekonomi: menambah masukan uang ke kas pemerintah, melalui pajak dan juga sewa lapak-lapak atau tempat jualan yang disediakan oleh pemerintah di lokasi keramaian itu. Namun seiring dengan itu, iven fancy fair juga digunakan untuk mempromosikan barang-barang hasil kerajinan rakyat. Dalam iven itu rakyat memiliki kesempatan untuk memperkenalkan dan menjual produk-produk kerajinan dan juga hasil bumi yang mereka hasilkan. Selain itu, iven pasar keramaian juga digunakan untuk mempertunjukkan bermacam-ragam kesenian anak negeri dan juga genre-genre urban semisal komedi bangsawan, stamboel, dan sirkus.

Minang Saisuak #157 - Pasar Keramaian di Solok Tahun 1927

Di Sumatera Barat salah satu fancy fair yang cukup awal diadakan di Fort de Kock (Bukittinggi) tahun 1907. Pasar malam itu digagas oleh Asisten Residen Agam L.C. Westenenk. Acara itu berhasil mengumpulkan cukup banyak dana.

Dalam rubrik Minang saisuak kali ini kami turunkan kodak klasik yang mengabadikan pembukaan satu fancy fair di Solok. Acara itu dimulai pada 18 Oktober 1927. Acara seperti ini biasanya berlangsung selama beberapa minggu. Terlihat para pemuka adat berfoto bersama di depan gaba-gaba (pintu masuk) fancy fair itu.

Sekarang budaya pasar malam sudah jarang diadakan. Mungkin Pekan Raya Jakarta satu-satunya tradisi fancy fair ini yang masih tersisa di Zaman Orde Kerja, Kerja, dan Kerja ini. Di Padang sendiri acara tahunan Padang Fair sudah lama hilang. Dunia berubah, dan orde berubah, corak aktivitas budaya dan ekonomi juga berubah.



sumber:
Suryadi - Leiden, Belanda (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 90 Tahoen V, 11 November 1927, hlm. 1612) | Singgalang, Minggu, 14 Desember 2014

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Minang Saisuak #157 - Pasar Keramaian di Solok Tahun 1927"

Post a Comment