Minang Saisuak #73 - Deposit Batubara di Emmahaven (Teluk Bayur)

minang-saisuak-deposit-batubara-di-emmahaven-teluk-bayur

Pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur pada tahun 1888 sampai 1893 antara lain bertujuan untuk menyalurkan produksi batubara yang ditambang di Sawahlunto. Fungsi itu tetap dimainkan oleh pelabuhan ini sampai sekarang, walaupun produksi batubara dari Sawahlunto kini cenderung menurun.

Kali ini rubrik Minang Saisuak Singgalang Minggu menurunkan sebuah foto yang berjudul Kolenstort te Emmahaven (Deposit batubara di Pelabuhan Emma). Foto yang berbentuk kartu pos ini dicetak oleh Toko A.H. Tuinenburg di Padang tahun 1910, dengan kode penerbitan 10810. Kode ini mencatat nomor foto ini dalam urutan kartu-kartu pos (atau mungkin bahasa cetakan pada umumnya) yang telah dicetak oleh Toko A.H. Tuinenburg yang berliokasi di Tanah Lapang Alang Lawas.

Tumpukan batubara yang membukit di Emmahaven nama Teluk Bayur di zaman kolonial (berasal dari nama Ratu Belanda, Emma van Waldeck-Pyrmont, 1858-1934) siap dikapalkan ke Eropa. Dalam foto ini, di latar belakang, kelihatan derek yang digunakan untuk memasukkan batubara ke dalam kapal. Puluhan kapal dengan lambung yang penuh dengan batubara dari Sawahlunto berlayar ke Eropa. Di Benua Dingin itu kekayaan alam Minangkabau itu berubah jadi uang yang memberi kemakmuran kepada bangsa Belanda.

Sejak 1892 kandungan batubara di Sawahlunto sudah mulai dikeruk oleh Belanda. Pengerukan yang berlangsung setiap hari itu terjadi selama bertahun-tahun. Sejarah lengkap ekploitasi batubara di Sawahlunto ini dan dimensi sosio-politiknya dapat dibaca dalam disertasi Erwiza Erman, Miners, managers and the state: a socio-political history of the Ombilin coal-mines, West Sumatra, 1892-1996 (Universiteit van Amsterdam 1999).

Dapat dibayangkan betapa negeri ini telah berjasa memakmurkan bangsa Belanda. Hasil tambang batubara di Sawahlunto hanya salah satu saja di antara kekayaan bumi Indonesia yang dikeruk oleh Belanda selama negeri kecil di Eropa Barat itu menjajah negeri ini selama lebih dari tiga setengah abad. Jika bangsa Belanda tak berniat mengucapkan terima kasih kepada bangsa Indonesia, setidaknya mereka pantas mengucapkan terima kasih kepada Tuhan.


sumber

Subscribe to receive free email updates: