The knowledge is power, mungkin itulah antara lain pesan yang terkandung dalam foto ini. Kodak tua ini memperlihatkan seorang ilmuwan Belanda dengan beberapa orang dukun pribumi di daerah Taluak di darek. Bule berskumis meranting yang duduk itu adalah Dr. J.P. Kleiweg de Zwaan dan sembilan orang pribumi yang berfoto bersamanya adalah dukun-dukun yang berpraktek di daerah Taluak dan sekitarnya.
Johannes Pieter Kleiweg de Zwaan (lahir di Den Haag, 4-7-1875, meninggal di Blaricum, 8-9-1971) adalah seorang antropolog fisik Belanda yang terkenal. Ia belajar ilmu pengobatan di Leiden, Amsterdam, Paris dan Berlin. Setelah ujian dokter di Universiteit Leiden tahun 1903 ia bekerja sebentar di perusahaan perkapalan, kemudian menjadi asisten guru besar ilmu pengobatan, Prof. K. Pel dan Prof. Pieter Ruitinga, di Universiteit van Amsterdam sambil meneruskan studinya ke tingkat PhD di bidang antropologi.
Tahun 1907 De Zwaan mendapat kesempatan pergi ke negeri kita ini dalam proyek penelitian ke pedalaman Sumatra di bawah pimpinan supervisornya, etnolog asal Jerman, Alfred Maas. Foto ini dibuat di Taluak tahun 1907. De Zwaan sangat tertarik pada praktek pedukunan, ciri fisik, dan kesehatan kaum pribumi. Pada 1908 De Zwaan berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Bijdrage to de anthropologie de Menangkabau-Maleiers (Sumbangan terhadap antropologi mengenai orang Melayu Minangkabau) yang diterbitkan oleh Maulenhoff & Co. (Amsterdam).
Tahun 1910 De Zwaan kembali lagi ke Hindia Belanda, kali ini ke Pulau Nias. Benda-benda budaya dari hasil penelitiannya di Nias kini tersimpan di Museum Utrecht. Tahun 1938 giliran Bali dan Lombok yang dikunjunginya. De Zwaan juga pernah berkunjung ke Jawa, India dan Jepang. Riwayat hidup De Zwaan dan karier akademiknya dapati dilihat di:http://nl.wikipedia.org/wiki/Johannes_Pieter_Kleiweg_de_Zwaan.
Selama hidupnya, De Zwaan telah menerbitkan cukup banyak publikasi ilmiah (dalam Bahasa Belanda dan Jerman), termasuk mengenai kepercayaan tradisional dan penyakit gila (krankzinnig) yang banyak diidap oleh orang pribumi. Kini penyakit gila itu tetap ada, bahkan di zaman edan ini RSJ Gadut makin penuh oleh mereka, belum terhitung yang gila uang, gila harta, dan gila kuasa.
Suryadi Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum Amsterdam).
Singgalang, Minggu, 1 April 2012
sumber:niadilova.blogdetik.com
0 Response to "Minang Saisuak #83 - Dukun dan Antropolog Belanda"
Post a Comment