KERETA API adalah salah satu sarana transportasi modern hasil teknologi Barat yang banyak mempengaruhi masyarakat Indonesia di zaman kolonial. Demikianlah umpamanya adegan-adegan naik kereta api banyak ditemukan dalam teks-teks novel dan roman Indonesia modern yang awal yang berlatar Minangkabau. Dalam teks-teks sastra itu sering kita temukan gambaran tentang seorang pemuda/i bumiputra ‘modern’ yang naik kereta api dari satu kota ke kota lain, misalnya dari Fort de Kock (Bukittingi) ke Padang atau dari Sawahlunto ke Padang Panjang. Dalam salah satu bab dari seri buku bahasa Minangkabau Lakeh Pandai, Kini Lah Pandai, dan Dangakanlah karya M.G. Emeis (1932-1937) ditemukan juga cerita tentang dua tokohnya, anak sekolah si Djamin dan si Piah, yang naik kereta api dari Fort de Kock ke Padang. Jadi, kereta api pada waktu itu adalah salah satu simbol kemodernan. Sayangnya belum banyak peneliti yang tertarik untuk mengkaji images mengenai teknologi, khususnya kereta api, dalam teks-teks sastra Indonesia modern.
Foto ini, yang semula tercatat sebagai milik F.H.J. Bal, memperlihatkan suasana di stasiun kereta api Silungkang sekitar tahun 1935. Terlihat suasana ramai di stasiun itu dimana orang-orang kelihatan mondar-mandir menunggu kemunculan ‘Mak Itam’ dari kejauhan, dengan asapnya yang mengepul, suara mesinnya yang karesoh-pesoh dan bunyi peluitnya yang mencicit. Ada yang menunggu kedatangan seseorang, ada yang mengantar kepergian famili atau kekasih, dan pasti ada juga yang hanya sekedar melihat-lihat saja. Suasananya mirip seperti di bandara sekarang. Dan Anda, juga saya, pasti selalu merasakan bahwa di setiap stasiun, juga di stasiun kereta api Silungkang di tahun 1930-an, akan selalu ada galau di hati, antara gembira dan sendih, melepas kepergian atau menerima kedatangan seseorang. Kiranya tak salah pantun dalam sebuah lagu Minang menggambarkan: “Babuni kureta Solok / Manjawek kureta Padang / Nan pai hati ndak elok / Nan tingga hati tak sanang”. Kita merindukan kembali hadirnya moda transportasi umum kereta api yang dulu pernah jaya di Sumatra Barat.
sumber
sumber