Tradisi Malamang

Malamang artinya memasak lemang. Lemang adalah penganan yang berasal dari bahan ketan, kemudian dimasukkan kedalam bambu yang sudah berlapis daun pisang muda.

Tradisi ini dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Minangkabau baik di daerah darek (darat), seperti Solok, Bukitinggi, Payakumbuh, maupun di daerah pesisir pantai ; Padang, Pariaman dan Painan. Entah siapa yang mengawali, ternyata lemang ini bisa juga kita temui di negara Semenanjung jenis penganan ini.

Di Ranah Minang – tradisi Malamang ini, biasanya dilakukan secara bergotong royong, tidak dilakukan oleh pribadi untuk kepentingan pribadi, melainkan sebagai bagian dari kebiasaan yang dilakukan secara bersama oleh sekelompok masyarakat atau kerabat. Praktek pelaksanaan tradisi malamang ini, dilaksanakan untuk kepentingan tertentu, yaitu :

* Beberapa hari menjelang datangnya bulan Ramadhan.

* Pada hari kedua belas Rabi’ul Awam sebagai menu pada Acara Maulud Nabi,

* Pada saat acara perhelatan /acara selamatan.

Lemang – lemang yang dibuat untuk kepentingan acara diatas, dihidangkan kepada tamu (atau siapa saja) yang datang pada kegiatan itu. Lamang ini hanya sekedar kudapan atau penganan belaka.

Ada yang menghidangkannya pada saat menerima tamu yang berkunjung untuk silaturahmi untuk menyambut datangnya Ramadhan sebagai event yang penting dalam acara saling bermaaf - maafan, termasuk pada saat Hari Raya. Bisa juga dihidangkan ketika sebuah keluarga mengundang warga untuk membaca doa selamat / perhelatan. Tingkat penghidangan lemang sebagi menu kudapan dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu – seperti halnya rendang sebagai menu utama dalam ragam menu hidangan.

Wilayah Pariaman dan sekitarnya melaksanakan tradisi ” malamang” pada saat acara Maulud Nabi. Biasanya dilakukan pada hari kedua belas Rabiul Awal. Sementara itu, di sebagian masyarakat Minangkabau seperti di Solok, tradisi malamang juga dilaksanakan pada saat memperingati hari kematian. Utamanya pada peringatan empat belas hari kematian, empat puluh hari kematian atau seratus hari kematian. Tujuannya tidak jauh berbeda dengan yang lain, yaitu untuk menjamu tamu.

Cara memasaknya :

Ketan yang sudah direndam dengan santan, dimasukkan kedalam bambu yang tahan pembakaran api. Bersihkan daun pisang yang sudah dilayukan. Fungsi daun pisang sebagai lapisan dalam bambu seruas yang telah dipersiapkan, selanjutnya dimasukan beras ketan yang sudah diaduk dengan santan kental serta garam.

Bambu dibakar dalam waktu tertentu, hingga ketan yang ada didalam bambu itu akan masak itu. “Yang sulit itu, mematok takaran santan dengan garam serta beras ketan pada satu ruas bambu itu. Begitu pula dengan pengapiannya. Takaran ketan yang dimasukkan kedalam bambu memerlukan keahlian dan keterampilan, agar ketan itu tidak menjadi terlalu lembek atau malahan kekurangan santan. Secara awam, dapat kita perkirakan dengan mengumpamakan memasak ketupat ketan, yang takarannya adalah 1/2 dari ruang atau ruas ketupat.

Meskipun lemang dihidangkan sebagai menu kudapan – bukan sebagai menu utama, namun lemang ini akan terasa nikmat bila ditemani tapai ketan hitam. Bahkan ada yang memakannya bersama rendang.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Tradisi Malamang"

  1. Takana jo kampuang :(
    Takana jo makan Lamang nan di buek amak

    ReplyDelete