Tuanku Laras (larashoofd) Sungai Puar, Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman, adalah salah seorang kepala laras (larashoofd) yang terkemuka di Minangkabau pada zamannya. Beliau menjadi kepala laras Sungai Puar sejak tahun 1870-an sampai 1930-an. Beliau adalah seorang ungku lareh yang bergaul cukup rapat dengan petinggi Belanda. Karena itu rumah gadang sambilan ruang nan salanja kudo balari
miliknya, salah satu rumah gadang yang termegah di Sungai Puar pada
zamannya, sering mendapat kunjungan para pejabat dan ilmuwan Belanda. Beberapa
foto yang mengabadikan interior rumah gadang ini tersimpan sekarang di
KITLV Leiden dan Tropenmusemum Amsterdam, Belanda.
Sudah dua kali rubirik ‘Minang
Saisuak’ menurunkan cerita mengenai Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman:
pertama, edisi 6 Februari 2011 yang menurunkan profil beliau lengkap
dengan pakaian kebesarannya; kedua, edisi 22 Juli 2012 yang menurunkan
kodak klasik yang mengabadikan beliau bersama sekitar 40 orang anak
kemenakannya.
Kali ini rubrik ‘Minang Saisuak’Singgalang Minggu
menurunkan lagi satu foto klasik yang mengabadikan Datuak Tumangguang
Sutan Sulaiman dengan keluarga besarnya. Namun, dibandingan dengan foto
yang kami turunkan dalam edisi 22 Juli 2012, kelihatan dalam foto ini
jumlah anggota keluarga Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman lebih sedikit
jumlahnya. “Vrouwen en kinderen van het Larashoodf te Soengei Poear”
(Istri-istri dan anak-anak Kepala Laras Sungai Puar), demikian judul
foto berkuran 8×14 cm. ini. Kodak ini dibuat sekitar 1890. Namun tidak
diketahui siapa nama mat kodaknya. Besar kemungkinan latar foto ini
adalah halaman rumah gadang Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman sendiri di
Sungai Puar.
Dalam foto ini kelihatan 13
perempuan dan 8 laki-laki, termasuk Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman
sendiri yang berdiri paling belakang menggendong seorang anak lelaki
(kelihatan kepalanya saja). Tampaknya beberapa wanita yang berdiri di
lapis kedua adalah istri-istri beliau. Belum ditemukan catatan sahih
berapa persisinya jumlah istri ungku lareh kita ini, tapi pastilah ia mempraktekkan poligami, karena di zaman itu orang babaun seperti Datuak Tumangguang Sutan Sulaiman tentu banyak yang ingin mengambilnya jadi urang sumando.
Perhatikan juga gaya rambut
(anak-anak) perempuan waktu itu: kening dilicinkan dengan cara mencukur
rambut di kepala bagian depan. Mungkin itu tanda kecantikan perempuan di
zaman itu. Sementara anak laki-laki pakai kopiah, di tempat lain konon
ada yang pakai gombak. Tampak sebagian dari mereka sudah pakai
sepatu dan sandal. Inilah model keluarga Minangkabau terkemuka dan
‘modern’ di akhir 1900-an.
sumber:Suryadi - Leiden, Belanda. (Sumber foto: KITLV Leiden) | Singgalang, Minggu, 3 Maret 2013
0 Response to "Minang Saisuak #118 - Tuanku Laras Sungai Puar dan Anak-Istrinya"
Post a Comment