Minang Saisuak #134 - Muara Padang dan Apenberg (c. 1930)

Padang adalah kota pantai Sumatra yang sudah memiliki sejarah panjang. E. Netscher dalam artikelnya ‘Padang in het laast de XVIIIe eeuw’ (Padang di akhir abad ke-18), VBG 41,2 (1881): i-122, menggambarkan dengan rinci awal perkembangan kota Padang sampai akhir abad ke-19. Dalam artikel itu dia menggambarkan bagaimana Padang mengalami fluktuasi sepanjang 3 abad, termasuk cerita lengkap tentang penjarahan kota ini yang dilakukan oleh perompak Perancis, Le Meme, bulan Desember 1793.

Foto klasik yang kami turunkan dalam rubrik ‘Minang Saisuak’ kali ini merekam kawasan Muara Padang. Gezicht over Padang en de Apenberg” (Wajah kota Padang dan Gunung Monyet), demikian judul foto ini. Sangat mungkin bahwa foto ini dibuat pada 1930-an sebab di bagian agak ke depan, di kanan, terlihat foto gedung de Javasche Bank yang baru yang selesai dibangun tahun 1925. 

Dalam foto ini terekam dengan baik bangunan-bangunan penting milik Pemerintah Kolonial Belanda, bank (De Javasche Bank), dan kantor-kantor handel maatschappij (perusahaan perdagangan) yang berlokasi di kawasan Padang lama ini, yang sekarang lebih sering disebut sebagai kawasan Muara. Sebagian dari gedung-gedung bersejarah itu masih ada sampai sekarang, tapi keadaannya sangat tidak terawat.

Lihatlah betapa asri dan teraturnya kawasan ini pada masa itu. Terlihat ‘berkakuan kapal-kapal di pelabuhan’ - meminjam kata-kata Chairil Anwar. Mungkin salah satu biduk itulah yang ditumpangi oleh Sitti Nurbaya dan Samsulbahri ketika mereka berdua berpelisiran ke Gunung Padang sambil mengajuk hati di tahun 1920-an. Biduk-biduk dan kapal-kapal kecil itu mendermaga dengan tenang sebelum melakukan aktifitas rutin mereka menangkap ikan berdaging manis yang hidup di Lautan Hindia atau membawa barang-barang dangangan ke kota-kota di pesisir Pulau Sumatra. Arus Batang Arau kelihatan tenang dan menyejukkan. Terlihat sungai ini terawat baik. Kedua pinggirnya tertata rapi. Dalam rubrik ‘Minang Saisuak’ edisi 24 November 2010 sudah kami turunkan foto pengerukan rutin Batang Arau yang memperlihatkan bagaimana Pemerintah Kolonial Belanda dulu menjaga DAS sungai yang menjadi trade mark kota Padang ini.

Kawasan Padang lama ini jelas merupakan aset sejarah kota Padang. Di sanalah orang modern kini dapat menyilau masa lampau kota Padang. Juga untuk warga Padang sendiri, tentunya kawasan bersejarah ini sangat penting. Tapi bangsa yang mengalami trauma kolonialisme akut ini cenderung melupakan masa lalu mereka. Kawasan bersejarah kota Padang ini kini tak begitu terawat. Ia ditelantarkan seperti veteran perantau yang tak sukses menaklukkan rantau nan bertuah, tinggal di pondok buruk di tepi kampung atau menghuni surau tua. Iba hati kita melihatnya.

sumber:Suryadi - Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum Amsterdam, Amsterdam) | Singgalang, Minggu, 21 Juli 2013

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Minang Saisuak #134 - Muara Padang dan Apenberg (c. 1930)"

Post a Comment