Jam Gadang boleh dibilang telah
menjadi ikon kota Bukittinggi khususnya dan Sumatra Barat pada umumnya.
Monumen peninggalan zaman kolonial ini selesai dibangun tahun 1926, pada
masa Fort de Kock (nama kolonial Bukittinggi) diterajui oleh Rook
Maker. Jam itu merupakan hadiah dari Ratu Belanda, Juliana, kepada Rook
Maker atas jasanya menyukseskan pemerintahan kolonial Belanda di
Bukittinggi. Arsitek pembangunan Jam Gadang ini adalah orang Minang
sendiri, yaitu Yazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh. Pembangunan Jam
Gandang ini menghabiskan biaya 3000 gulden (lih.: http://id.wikipedia.org/wiki/Jam_Gadang).
Puncak Jam Gadang sudah tiga kali
bertukar. Pada awalnya puncaknya berbentuk bulat dengan patung ayam
jantan menghadap ke timur. Pada zaman pendudukan Jepang, puncaknya
diubah menjadi bentuk pagoda. Selanjutnya, sejak Indonesian merdeka,
bentuk puncaknya berupa gonjong ala Rumah Gadang Minangkabau (ibid.),
sebagaimana dapat dilihat sampai sekarang. Perubahan yang terjadi pada
bentuk puncak Jam Gadang itu merekam gerak sejarah dan percaturan
politik di Indonesia selama dua abad.
Foto klasik Jam Gadang yang kami tampilkan dalam rubrik ‘Minang Saisuak’ minggu ini merekam national heritage
ini dengan puncaknya dalam bentuk yang awal/pertama. Foto ini dibuat
lebih awal dari tahun 1933. Adanya patung ayam jantan di puncaknya
menunjukkan tradisi yang dibawa dari Belanda. Di banyak rumah tua
Belanda sering ditemukan patung ayam jantan di bubungannya.
Sebagai ikon sejarah, Jam Gadang,
harus terus dipelihara. Sampai sekarang, taman di sekitar kaki Jam
Gadang ini masih lumayan terawat baik, walau kadang-kadang dipenuhi oleh
pedagang asongan. Kadang-kadang pengunjung belum sadar untuk membuang
sampah pada tempat yang sudah disediakan. Juga pernah terdengar keluhan
tentang fasilitas toilet di komplek Jam Gadang ini yang kurang bagus.
Kita berharap semoga Pemerintah Kota Bukittinggi tetap melestarikan
warisan sejarah yang penting ini.
sumber: Suryadi - Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum, Amsterdam) | Singgalang, Minggu, 29 Sept 2013
0 Response to "Minang Saisuak #140 - Jam Gadang Bukittinggi (c.1930)"
Post a Comment