Minang Saisuak #44 - Nurseha “Perkutut Minang”

minang-saisuak-nurseha-e28098perkutut-minange28099

Jika Yurnaldi (2001) menyebut Elly Kasim sebagai ‘Kutilang Minang’, maka Nurseha, sosok yang kami tampilkan dalam rubrik ‘Minang Saisuak’ kali ini, boleh dianggap sebagai ‘Perkutut Minang’. Keduanya melegenda sebagai generasi pertama artis pop Minang yang menonjol. Wajah cantik Nurseha sulit dicari bandingannya sampai kini dalam jajaran penyanyi pop Minang. Suara indahnya terekam dalam sejumlah piringan hitam yang beredar di tahun 1950-an dan 1960-an.

Nurseha adalah dara asal Banuhampu, lahir sekitar tahun 1938. Kedua orang tuanya berasal dari Bukittinggi. Tapi sejak gadis Nurseha sudah merantau ke Jawa. Ia menamatkan SMP di Bandung, kemudian berkarir di Jakarta. Selama bermukim di Jakarta, Nurseha yang hobi fotografi bertugas sebagai wartawati majalah Detik dan juga sebagai wartawan investigasi di Kepolisian Metropolitan Jakarta. Ia pernah dikirim ke Nusakambangan untuk meliput tahanan penjara di pulau itu. Di samping itu ia, bersama Yus Parmato Intan, juga menjadi penyiar acara siaran Minang di Radio Draba dan Radio P2SC di Jakarta (1967-1970).

Nama Nurseha melambung sebagai penyanyi pop Minang berkat Orkes Gumarang, sebuah grup musik yang didirikan oleh beberapa anak muda perantau Minang di Jakarta tahun 1953. Orkes Gumarang pimpinan Asbon Madjid (sebelumnya oleh Anwar Anif dan Alidir), yang telah menerima banyak penghargaan di dalam dan luar negeri, adalah pionir dalam menghibridisasi dan memodernisasi musik dan lagu-lagu Minang dengan irama Latin cha-cha-cha sehingga tampil dalam kualitas baru dan dikenal di tengah-tengah kebudayaan nasional tanpa kehilangan identitatasnya.

Nurseha adalah biduan Orkes Gumarang yang menonjol. Wajah cantiknya dan merdu suaranya seolah menjadi daya pesona khusus grup orkes kebanggaan orang Minang itu. Dari markasnya di rantau Jakarta, Orkes Gumarang, yang namanya diilhami oleh nama kuda sakti dalam Kaba Cindua Mato, melanglang buana ke berbagai kota di tanah air. Baru pada tahun 1971 Orkes Gumarang tampil di ranah bundanya sendiri: di Padang. Waktu itu warga kota Padang dibuat terpukau oleh penampilan Nurseha dan personil Gumarang lainnya, seperti Syaiful Nawas, Dhira Suhud, Asbon Madjid, Anas Yusuf yang juga memboyong istri bule Jermannya, Ingrid Michel. Ingrid yang fasih berbahasa Minangkabau ikut pula bernyanyi. Pertunjukan Gumarang di Padang itu juga diramaikan oleh bintang tamu si ‘kutilang Minang’ Elly Kasim.

Nurseha memang tak terus mengembangkan bakat seninya karena setelah menikah ia lebih kerkonsentrasi pada keluarga. ‘Perkutut Minang’ itu, yang pernah dua kali menikah dalam hidupnya, meninggal di Jakarta tahun 1980 setelah menderita penyakit lever. Demikian catatan yang dapat dikumpulkan dari dua rekan Nurseha, Yus Parmato Intan dan Syaiful Nawas yang masih hidup (komunikasi pribadi, 5-2-2011).

Nurseha telah ikut berjasa mengembagkan pop Minang. Harap diingat bahwa Nursehalah pencipta lirik lagu pop Minang yang terkenal sampai kini, ‘Ayamden Lapeh’, yang diberi melodi oleh Abdul Hamid. Oleh karena itu, seyogianya nama Nurseha dicatat dalam sejarah perkembangan pop Minang


sumber

Subscribe to receive free email updates: