Ini kisah atau cerita yang didapat ketika duduk sambil maota (berbincang) di Lapau (kedai) ketika ngopi dengan teman-teman sepermainan dulu. Dari ngomong sana sini terungkaplah cerita mengelitik tentang perihal Sarawa (celana) Galembong (celana ukuran besar super xl lah), yang konon karena sarawa galembong ini, orang minang urung diserang oleh tentara luar.
Begini kisahnya, terungkap pada zaman dahulu kala ketika Kerajaan Pagaruyung masih berdiri kokoh, jaya dan megah di Minangkabau (di daearh Batu Sangkar), jadi ada pasukan asing berjumlah besar dari negara seberang yang ingin mencengkram kuku kekuasaannya untuk ekspansi kekuasaan yang salah satunya ke Bumi Minangkabau, sehingga datanglah pasukan tersebut dengan kapal-kapal perang yang lebih dari tujuh kapal lengkap dengan pasukan dan alat perang yang siap menyerang dan merebut akhirnya menjajah Minangkabau.
Sesampai kapal-kapal mereka hampir merapat di Pantai Padang (sekarang Teluk Bayur) untuk mendaratkan pasukannya, sang komandan pasukan asing tersebut dilaporkan oleh anak buah atau prajuritnya bahwa dibawah haluan kapal ia melihat sepotong celana besar, akhirnya si komandan minta supaya diambil untuk dicek atau diperiksa.
Akhirnya potongan celana tersebut diserahkan kepada sang Komandan atau Panglima perang untuk dilihat, agak lama komandan melihat-lihat dan memandang sambil termangut-mangut sepertinya sedang berpikir keras tentang celana oleh orang Minangkabau lazim disebut Sarawa Galembong tersebut.
Setelah berpikir dan mempertimbangkan dari untuk baik atau buruknya menyerang Minangkabau, tiba-tiba sang Komandan mengeluarkan titah didepan sejumlah pimpinan prajurit dan stafnya, “Sudah kita balik saja tidak usah menyerang Minangkabau” perintah tegas sang komandan.
Tentu perintah ini menimbulkan tanda tanya bagi anak buahnya, karena sudah capek-capek dan jauh-jauh untuk menyerang, sudah sampai sasaran tiba-tiba-tiba disuruh balik kanan alias tidak jadi berperang, sehingga bertanyalah salah seorang stafnya kenapa tidak jadi menyerang?
Mau tahu jawaban sang komandan, ini jawabannya,
” Melihat celana yang kita temukan tersebut, saya sudah bisa membayangkan seperti apa fisik dan besarnya orang Minang, lah celananya aja segitu besarnya apalagi orangnya, bisa-bisa kita melawan kawanan raksasa, bisa kalah kita, makanya dari pada terjadi yang tidak-tidak dan banyak korban yang merugikan pihak kita, maka saya putuskan kita balik pulang saja, menegrti, jelas, laksanakan ! “
Nah inilah ceritanya, gara-gara melihat sarawa galembong yang segitu besarnya lari terbirit-birit musuh untuk minta balik kekampungnya, sehingga Minangkabau selamat dari serangan musuh hanya melihat satu celana galembong yang hanyut dan sampai kelaut Pantai Padang kemudian ditemukakan oleh pasukan musuh yang hendak menyerang Minangkabau.
Mau benar atau tidak cerita di Lapau Kopi, memang kenyataannya Sarawa Galembong yang dipakai untuk berandai (semacam kesenian pencak silat ala Minang) ukurannya besar sekali kawan, bro, yah kalau ukurannya dua kali atau tiga kali ukuran normal oranglah.
Sarawa Galembong itu dibuat besar, katanya supaya gerakan kaki terutama bisa bergerak lincah dan tendangan bisa maksimal, termasuk bisa meloncat dan berguling bak Harimau dapat dilakuakan dengan leluasa, ketimbang celana super ketat seperti yang lagi trend sekarang, juga katanya kalau lagi berandai tersebut ditambah alunan musik sarunai dan gendangnya, celana itu bisa ditabok tangan, sehingga menimbulkan bunyi seperti gendang yang bergantian, sehingga menjadi sajian kesenian yang artisktik.
Ya itu tadi, seperti guyonan Bapak Azwar Anas Rang Kayo Mulie yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Barat dan Menkokesra, makanya plat kendaraan orang Padang (Minang red) didepannya ditulis BA alias Banyak akal, karena akalnya yang jalan, musuh besar bisa pulang kandang karena hanya gara-gara Sarawa Galembong, ha-ha….inilah cerita yang didapat disebuah Lapau Kopi di Padang.