Sudah beberapa tahun belakangan ini di Padang diselenggarakan lomba perahu naga yang digagas oleh Pemerintah. Menurut informasi di internet, lomba perahu naga di kota Padang sudah dimulai sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Orang Padang menyebutnya salaju sampan (pacu sampan). Lomba perahu naga diadakan setiap bulan Agustus, seiring dengan peringatan hari jadi kota Padang yang jatuh pada tanggal 7 Agustus.
Rubrik ‘Minang Saisuak’ Singgalang Minggu kali ini menyuguhkan sebuah foto klasik tentang salaju sampan di Padang. Foto ini berupa sebuah kartu pos (prentbriefkaart) yang diterbitkan oleh toko A.H. Tuinenburg di Padang. Seperti telah diinformasikan sebelumnya dalam rubrik ini (untuk foto yang lain), pemilik toko A.H. Tuinenburg, yang terletak di Tanah Lapang Alang Lawas, bernama J. Boon Jr. Toko ini termasuk salah satu ‘toserba’ terbesar di Padang pada awal abad ke-20, yang menjual berbagai macam produk impor, termasuk gramofon.
Tajuk foto di atas adalah: “De Grevekade, Roeiwedstrijd Padang” (Dermaga De Greve, Lomba Dayung [di] Padang). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa sungai yang terekam dalam foto ini adalah Batang Arau, karena Greve yang disebut dalam judul kartu pos itu tak lain adalah Willem Hendrik de Greve (lahir di Franeker, Belanda, 15 April 1840 – meninggal di Kuantan 22 Oktober 1872), insinyur Belanda kenamaan yang telah memajukan tambang batubara Sawah Lunto (lihat: http://teraszaman.blogspot.com/2011/04/m…. Di Padang dibuat satu taman yang disebut Taman Greve, yang letaknya tak jauh dari Barang Arau, kira-kira di dekat Muara sekarang. Rupanya dekat taman itu juga ada dermaga yang diberi nama Dermaga Greve, sebagaimana dicatat dalam foto ini.
Tak ada keterangan kapan foto yang berukuran 9 x 14 cm. ini dibuat. Namun, sangat mungkin foto ini dibuat sekitar dekade pertama atau kedua abad ke-20, saat toko Tuinenburg sedang jaya-jayanya (seperti merefleksikan namanya: Tuinenburg yang berarti ‘Taman-taman benteng’).
Terlihat pakaian para pendayung perahunya berwarna putih, warna pakaian para pegawai binnenlandsch bestuur kolonial Belanda. Kurang jelas di foto ini wajah para pendayung itu, tapi tampaknya mereka adalah kaum pribumi. Bentuk perahunya juga cukup unik: seperti sampan salodang. Salaju sampan (dulu) atau lomba perahu naga (sekarang) tujuannya tetap sama: membiasakan orang berani dengan air. Jangan malah kita tinggal di negeri kepulauan tapi tidak pandai berenang.
Mungkin bagus juga nih jika foto klasik ini diproduksi oleh Dinas Pariwisata Kotamadya Padang (tentunya harus saparentah Bapak Walikota Padang, Fauzi Bahar) untuk dibagi-bagikan kepada para peserta lomba perahu naga tahun ini (mudah-mudahan lomba ini tetap diwiridkan tiap tahun. Walaupun Sumatra Barat masih bersih-bersih dan berbenah setelah dilanda gempa tahun 2009, iven lomba perahu naga di tangan Bapak Walikota Padang tentu akan jalan terus.
sumber
sumber