Minang Saisuak #58 - Makam Tua Syekh Burhanuddin di Ulakan

minang-saisuak-makam-tua-syekh-burhanuddin-di-ulakan


ULAKAN adalah sebuah nagari yang penting di Minangkabau karena di sanalah Syekh Burhanuddin, seorang ulama yang telah berperan penting alam pengembangan Islam di Minangkabau, menyiarkan Agama warisan Rasulullah itu sampai akhir hayatnya.

Rubrik ‘Minang Saisuak’ Singgalang Minggu kali ini menurunkan foto klasik makam Syekh Burhanuddin. Foto ini dibuat sekitar akhir 1930-an oleh J. Jongemans, controleur Belanda di Pariaman. Tamar Djaja dalam Pusaka Indonesia, Jilid I (1965:282-90) menulis bahwa Syekh Burhanudin lahir tahun 1646. Dan menurut Ph.S. van Ronkel dalam artikelnya Het Heiligdom te Oelakan” (Tempat Keramat di Ulakan) (BKI 56,1914:284), ulama besar itu wafat di Ulakan tanggal 19/20 Juni 1704.

Hari wafat Syekh Burhanuddin, yang bertepatan dengan 15 Safar 1116 H, dijadikan awal kegiatan basapa setiap tahunnya di Ulakan. Ritual basapa diamalkan oleh pengikut tarekat Syattariyah di Minangkabau dan daerah-daerah sekitarnya (lihat: Oman Fathurahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, 2008). Dulu para pengikut tarekat Syattariyah percaya, demikian Van Ronkel, bahwa jika tujuh kali pergi basapa ke ulakan sama nilainya dengan satu kali pergi ke Mekah menunaikan ibadah haji. Tahun ini (2011) acara basapa baru saja selesai dilaksanakan, yaitu tgl.3-10 Februari lalu.

J. Jongemans (1939:305-6) menulis bahwa makam Syekh Burhanudin itu bentuknya sederhana saja, dikelilingi tembok, tanpa ada tanda-tanda yang luar biasa. Di atas pusaranya ditaruh sebuah kulit kerang yang besar yang berisi air yang diminum oleh para peziarah, dan di dekatnya ada sebuah peti tempat para peziarah memasukkan uang sedekah. Van Ronkel mengatakan dalam acara basapa ratusan orang ratib dan membaca salawat di sekitar makam itu. Bunyi suara allahu-allahu! mendengung bagai lebah buncah dan dengungan itu bisa kedengaran puluhan meter jauhnya dari komplek makam itu.

Dalam foto di atas kelihatan daun puding yang merimbun dan menyejukkan makam Syekh Burhanuddin, yang seolah memberi bayangan betapa adem dan tenangnya arwah ulama besar itu di alam baka. Tahun lalu penulis berkunjung ke Ulakan dan melihat makam Syekh Burhanuddin yang sudah sangat berbeda: pohon pudingnya tidak begitu rimbun lagi dan juga sudah ada tambahan bangunan bermarmer di sana sini.

Pembaca Singgalang Minggu yang kebetulan ingin berziarah ke Ulakan mungkin dapat membawa guntingan foto tua ini. Silakan Anda membandingkan bentuk makam Syekh Burhanuddin yang diabadikan dalam foto ini kurang lebih 80 tahun yang lalu dengan bentuknya sekarang.


sumber

Subscribe to receive free email updates: