Sebuah kota yang berkembang tentu akan melahirkan budaya urban, yang salah satu unsurnya adalah musik. Kota Padang sudah sejak akhir abad ke-19 memiliki ciri-ciri budaya urban, berkat perkembangan pesat kota ini akibat pembangunan jalan kereta api dan pelabuhan Emma Haven (kini: Teluk Bayur) yang mulai dibuka tahun 1892. Sejak itu dunia entertainment di kota Padang berkembang cukup pesat: bioskop dan panggung-panggung teater rakyat dan yang berciri hibrida (bangsawan, komedie Stamboel) bermunculan (lihat: Ch. E.P. van Kerckhoff 1886). Dunia pers pribumi dan yang berbahasa Belanda juga hidup subur. Salah satu aspek dunia entertainment yang cukup berkembang di Padang adalah musik.
Dalam rubrik ini sudah pernah diturunkan foto satu grup musik dari Padang yang bernama Petit Advendo (Singgalang, Minggu, 19 Juni 2011). Kali ini kami turunkan lagi foto klasik satu grup musik yang pernah eksis di Padang pada akhir abad ke-19. Foto yang berukuran 17 x 12 cm. ini dibuat sekitar tahun 1895. Judul foto ini adalah Studioportret van de muziekkapel ‘Si Doeta’ van Padang, Sumatra`s Westkust (Foto studio dari orkes musik Si Doeta dari Padang, Sumatra Barat). Sangat mungkin orang yang bernama Si Doeta (Si Duta) itu adalah pemimpin orkes ini. Barangkali orangnya adalah orang yang dalam foto ini berbaju putih dan sedang memegang biola.
Berbeda dengan Grup musik Petit Advendo yang personilnya terdiri dari orang Eropa danindo, seluruh personil grup orkes Si Doeta ini tampaknya berasal dari kalangan pribumi. Oleh sebab itu, dapat diduga pula bahwa para penanggap mereka juga dari kalangan pribumi dan mereka juga tampil dalam keramaian-keramaian yang melibatkan masyarakat pribumi, sebab di zaman kolonial segregasi kelas sosial juga terefleksi dalam ranah seni. Foto ini memperlihatkan ciri khas pakaian grup musik pribumi yang ada di Padang pada zaman kolonial. Pakaian merekakombinasi sarung dan celana batik Jawa dengan jas berkerah tutup dan tutup kepala yang unik dan jenis alat musik yang dipakai merefleksikan unsur hibrida musiknya. Kini kita masih dapat menikmati salah satu warisan musik hibrida itu, yaitu gamaik.
Sejarah urban entertainment di kota Padang menarik untuk dikaji. Data-data tertulis dan visual mengenainya cukup banyak. Mungkin ada seorang mahasiswa UNAND atau UNP yang keras hati yang dapat mewujudkannya jadi sebuah disertasi.
Suryadi Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum Amsterdam).
Singgalang, Minggu, 18 Maret 2012
sumber:niadilova.blogdetik.com
0 Response to "Minang Saisuak #81 - Grup Musik Si Doeta dari Padang"
Post a Comment