PadangKini.com pada hari Senin tanggal 30 Maret 2009 menulis berita dengan headline " Tangga Batu Bersurat di Dasar Singkarak".
Dalam berita tersebut disebutkan bahwa Tim Research Pengumpulan
Data-data Sejarah Minangkabau yang diketuai Drs. Hasan Basri melaporkan
dalam Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batusangkar, Agustus
1970 mendapatkan cerita adanya ‘batu basurek' (batu bertulis) di Batu
Baraguang, Sumpur, tepi Danau Singkarak. Tapi batu tersebut sudah
terbenam beberapa meter ke dalam danau.
Di bawah batu basurek tersebut ada terdapat ‘batu bajanjang' (tangga
batu) yang turun ke dalam danau dan di tengah danau tangga tersebut
menonjol ke atas dan turun lagi kira-kira 1 km dan naik lagi sampai ke
pantai seberang Jorong Sudut Sumpur.
"Menurut keterangan penangkap ikan, bagian tangga yang meninggi itu
hanya beberapa meter di bawah air permukaan danau, dan di kiri-kanan
batu bersurat tersebut terdapat gua-gua," demikian isi laporan tim yang
dikutip dari makalahnya.
Mengenai keberadaan batu prasasti/batu bersurat ini sampai saat ini
masih menjadi misteri. Pertama, apakah batu tersebut memang ada atau
hanya berdasar cerita dari mulut ke mulut (kaba)? Kedua, jika batu
bersurat tersebut memang ada, peristiwa apa yang menyebabkan batu
tersebut tenggelam ke dasar Danau Singkarak.
Mengenai misteri keberadaan batu bersurat ini, kemungkinan besar memang
ada dengan indikasi bahwa ada laporan dari Tim Research Pengumpulan
Data-data Sejarah Minangkabau yang diketuai Drs. Hasan Basri
yang melaporkan adanya Batu Bersurat di Sumpur Danau Singkarak dalam
Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batusangkar, Agustus 1970.
Fakta kedua, Muhammad Radjab dalam bukunya Semasa Kecil di Kampung (Anak
Danau Singkarak) terbitan Balai Pustaka tahun 1950 menulis bahwa " Tidak
jauh ke timur Batu Beragung, ada sebuah dinding batu besar yang di tepi
danau betul, bertulisan Sanskerta. Batu bersurat namanya. Jarang orang
berani bersampan ke depannya, sebab oleh orang-orang kampung dipandang
sakti, apalagi air di sana sangat dalam dan biru, dan ada pula ulakan
yang menyeret apa saja ke bawah." Jika kita membaca buku beliau yang
sangat detil menjelaskan tentang Sumpur, maka akan terasa nyata bahwa
memang beliau pernah tinggal di Sumpur dan menyaksikan keberadaan
Prasasti Batu Tangga Basurek Danau Singkarak tersebut.
Fakta ketiga, ada pantun orang minang yaitu "tidaklah ada asap tanpa ada api". Cerita mengenai Prasasti Batu Basurek Singkarak ini
kemungkinan besar memang ada. Suatu cerita/kaba tidak akan muncul
dengan sendirinya jika tidak ada peristiwa atau kenyataan. Kaba tersebut
beredar dari mulut ke mulut dan kadang-kadang sering dilebih-lebihkan
supaya para pendengar senang mendengarnya. Namun biasanya benda yang
diceritakan biasanya ada. Misalnya ketika tukang kaba menceritakan bahwa
Gunung Merapi sebesar telur itik, pada kenyataannya Gunung Merapi itu
memang ada, tapi sebesar telur itiknya memang terlalu berlebihan
walaupun mungkin bisa dibantah karena jika kita lihat dari jauh maka
jika kita bandingkan Gunung Merapi dengan telur itik maka akan kurang
lebih sama.
Jika kita kaitkan dengan keberadaannya prasasti ini di Sumpur maka kita bisa melihat kemungkinan bahwa pada zaman pemerintahan Raja Alam sekitar abad ke 15 di Sumpur pernah di perintah oleh seorang wakil raja, yaitu Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus, mungkinkah kita dapat menduga bahwa prasasti ini berasal dari Raja Ibadat?
Namun karena Muhammad Radjab menyatakan bahwa prasasti ini bertuliskan
huruf Sanskerta, maka kemungkinan prasasti ini merupakan bagian dari
prasasti di masa pemerintahan Adityawarman yang tersebar di beberapa
daerah di Sumatera Barat.
Kemudian, mengenai tenggelamnya prasasti ini juga menjadi misteri
tersendiri. Kemungkinan yang utama adalah bahwa penyebabnya bencana yang
bisa berasal dari naiknya permukaan air Danau Singkarak, atau turunnya
dasar danau akibat bencana gempa. Mengenai naiknya air Danau Singkarak
tidak pernah ada catatan yang dapat ditemukan dan sampai saat ini
meskipun permukaan air Danau Singkarak sudah turun karena disedot oleh
PLTA Singkarak, keberadaan prasasti Danau Singkarak ini masih tidak
ditemukan.
Jika kita kaitkan dengan gempa, maka kemungkinan penyebabnya adalah
gempa yang berpusat di Padang Panjang pada tanggal 28 Juni 1926. Gempa
ini menyebabkan rekahan tanah di beberapa daerah. Jika kita kaitkan
dengan Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batusangkar yang
diadakan pada Agustus 1970, maka keberadaan batu ini masih ada yang
mengetahui keberadaannya sebelumnya. Jadi kira-kira orang yang bercerita
kemungkinan lahir sebelum gempa dan pada tahun 1970 baru berumur
sekitar 50 tahun sehingga bisa menyampaikan tentang prasasti tersebut
kepada orang lain.
Faktor lain yang menyebabkan hilangnya prasasti ini mungkin karena gempa
besar dengan kekuatan 7,6 SR yang berpusat di Singkarak pada tanggal 9
Juni 1943. Setelah gempa diketahui telah terjadi pensesaran sepanjang 60
KM antara Danau Singkarak dan Danau Diatas. Di Salayo jalan bergeser
sepanjang 2-3 meter.
sumber:
http://singkarak-traveler.blogspot.com/2012/01/misteri-tenggelamnya-prasasti-tangga.html
http://singkarak-traveler.blogspot.com/2012/01/misteri-tenggelamnya-prasasti-tangga.html
0 Response to "Misteri Prasasti Tangga Batu Bersurat di Danau Singkarak"
Post a Comment