Suntiang (sunting) dan tikuluak adalah pakaian wanita Minangkabau. Tikuluak biasa dipakai dalam situasi formal dan informal, tapi suntiang hanya dipakai dalam situasi formal, khususnya yang terkait dengan pesta, lebih khusus lagi pesta perkawinan.
Dalam pesta perkawinan di Minangkabau orang yang memakai tikuluak dan suntiangmenunjukkan hirarki umur dan hubungan andan-pasumandan. Hal ini terutama terlihat saat prosesi mengantar mempelai lelaki (marapulai) dan mempelai perempuan (anakdaro). Para pengiring perempuan yang memakai tikuluak bengindikasikan kelompok orang semenda yang sudah agak berumur dan yang memakai sunting menunjukkan kelompok orang semenda yang masih relatif muda. Makin muda umur seorang semenda (dihitung dari sudah berapa lama dia menikah), makin besar sunting di kepalanya, tapi tidak boleh melebihi besar sunting anak daro.
Tanda kekompakan sebuah keluarga matrilineal di Minangkabau terlihat ketika arak-arakan mengantar anak daro atau marapulai ke rumah mertuanya. Jika dalam arak-arakan itu semua istri mamak (tua dan muda) dan istri kakak-kakak laki-laki si penganten ikut berpartisipasi, itu menandakan keluarga besar matrilineal tersebut seayun selangkah dan kompak. Hal itu tentu menjadi kebanggaan bagi anak daro atau marapulai yang sedang berbahagia itu, sebab semua istri mamak dan kakaknya mengiringinya pergi ke rumah mertuanya.
Rubrik ‘Minang Saisuak’ kali ini menurunkan sebuah foto klasik sembilan perempuan Minangkabau yang sedang bergaya dengan tikuluak, suntiang dan baju mereka yang bagus. Foto ini dibuat sekitar tahun 1911 oleh mat kodak yang tidak dikenal. “Van Sumatra’s Westkust. Vrouwen in feestdos” (Dari Sumatra Barat. Perempuan-perempuan dengan dandanan pesta), demikian judul foto ini.
Menilik judul foto itu, sangat mungkin bahwa kelompok perempuan yang sedang memakaisuntiang dan tikuluak ini difoto dalam satu pesta perkawinan. Gaya sunting dan tikuluakmereka menunjukkan warna darek. Yang memakai tikuluak agak tua dibandingkan dengan yang memakai suntiang. Kita masih jarang menemukan paparan akademis mengenai kompleksitas simbol dan cultural meanings yang terkandung dalam prosesi pesta perkawinan di Minangkabau.
sumber :Suryadi - Leiden, Belanda. (Sumber foto:http://www.weekbladbuiten.net/OZfoto2Dasplist.asp?start=7241) |Singgalang, Minggu, 27 Oktober 3013
0 Response to "Minang Saisuak #143 - Gadis-gadis Minang dengan sunting dan tikuluak"
Post a Comment