PADANG sejak dulunya sudah menjadi kota bisnis dan kota wisata di Hindia Belanda. Di zaman kolonial Padang adalah kota termaju di pantai barat Sumatra. Menjelang pergantian abad ke-19 dan abad ke-20, kota Padang boleh dibilang relatif telah memenuhi kriteria kota ‘modern’. Pada masa itu di kota ini sudah ada perusahaan asuransi, hotel, klub eksekutif dan bisnis, bioskop, grup musik, dan surat kabar. Kapal-kapal dari dan ke Eropa selalu singgah di pelabuhan Emma Haven (sekarang: Teluk Bayur) yang dibangun Belanda pada tahun 1888. Penduduk Padang pada waktu itu sudah terdiri dari berbagai suku bangsa: pribumi, Eropa, dan bangsa-bangsa Asia lainnya.
Rubrik ‘Minang Saisuak’ Singgalang Minggu kali ini menyuguhkan foto Hotel Sumatra, hotel yang pertama didirikan di Padang. Foto ini dibuat tahun 1867 oleh Woodbury & Page, pionir tukang foto profesional di Batavia pada masa itu. Terakhir, sebelum sampai ke KITLV Leiden, foto ini dikoleksi oleh G.P. Rouffaer di Den Haag. Lokasi Hotel Sumatra kira-kira dekat Penjara di Berok sekarang. Lihat bangunannya yang masih terbuat dari kayu dan beratap rumbia. Kalau menginap di hotel ini mungkin ada tukang kipasnya karena pada waktu itu belum ditemukan teknologi kipas angin, apalagi AC. Pada masa itu juga belum ada alat transportasi mobil; yang ada baru kereta kuda seperti yang sedang diparkir di halaman hotel ini. Tentu saja dapat diperkirakan bahwa tamu-tamu yang menginap di hotel ini hanya orang kulit putih dari kelas sosial yang tinggi saja.
Boleh dibilang bahwa Hotel Sumatra adalah pionir dunia perhotelan di Padang. Pada dekade-dekade berikutnya muncul hotel-hotel lain, seperti Hotel Atjeh, Hotel Oranje dan Hotel Kong Bie Hiang. Mungkin beberapa bangunan hotel tua yang masih tersisa di Padang dapat dilestarikan sebagai aset wisata sejarah kota ini, yang rupanya pernah jaya di masa lalu.
sumber
sumber