Berikut adalah cuplikan buku MANJADI PANGULU, karangan
Yulfian Azrial, yang di salah satu bagiannya menguraikan tentang makna
karih keris sebagai simbol pangulu. Mudah-mudahan menjadi perbendaharan
wawasan tentang ABS-SBK bagi URANG MINANG SEDUNIA
Jenis senjata yang sering dijadikan simbol keberadaan pangulu adalah karih (keris). Sebuah karih (keris) kalau dipegang dalam posisi mata keris ditegakkan maka satu kesatuan keris akan tampak seperti huruf alif dalam aksara Arab.
Menurut kajian sejumlah orang-orang adat di surau, maka hakikat huruf alif ini merupakan cerminan, perwakilan atau saripati dari simbol ajaran tauhid tentang keberadaan Allah SWT.
Jenis senjata yang sering dijadikan simbol keberadaan pangulu adalah karih (keris). Sebuah karih (keris) kalau dipegang dalam posisi mata keris ditegakkan maka satu kesatuan keris akan tampak seperti huruf alif dalam aksara Arab.
Menurut kajian sejumlah orang-orang adat di surau, maka hakikat huruf alif ini merupakan cerminan, perwakilan atau saripati dari simbol ajaran tauhid tentang keberadaan Allah SWT.
Simbol Manusia Selaku Khalifah
Sekarang coba kembangkan jemari tangan kanan Anda, dan hadapkan ia ke wajah. Selanjutnya, perhatikan sampai Anda dapat membayangkan rangkaian aksara Arab di jari jemari itu. Rangkaian aksara Arab ini akan mengukir nama yang mahaindah ; yaitu tulisan Allah. Ukiran nama Allah itu seperti tampak pada gambar di sebelah.
Menurut ajaran syarak, seluruh ajaran Illahiah yang tersebar dalam berbagai kitab di seluruh alam raya ini terangkum dalam 6.666 ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Karena itu Al-Qur’an sejak lama disebut nenek moyang kita sebagai Bundo Kanduang atau Ummul Kitabullah (Ibu dari segala Kitab Allah). Baik kitab yang tersurat, yang tersirat, ataupun kitab yang tersuruk (tersembunyi).
Kemudian makna 6.666 ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an maknanya menyatu dan menggumpal dalam surat Al Fatihah. Sehingga surat Al-Fatihah disebut juga Ummul Al-Qur’an (Ibu dari Al-Qur’an). Sedangkan kandungan makna surat Al Fatihah juga menggumpal pada ayat Bismillahirrahmanirrahim! Lalu makna Bismillahirrahmanirrahim menggumpal pula pada satu kata ; Allah.
Bila dikaitkan dengan posisi manusia sebagai khalifah (wakil Allah SWT) di muka bumi, maka jemari kita yang lima (yang menyiratkan nama Allah) inilah yang akan memegang keris. Maka ia menjadi simbol khalifah Allah SWT. Memegang keris maksudnya adalah menjadi wakil atau menjadi pemegang kuasa dari Allah SWT untuk memimpin kelangsungan kehidupan di atas dunia ini.
Sekarang, bayangkan, tangan Anda sedang memegang sebilah keris. Yaitu memegang dalam kondisi mata keris mengacung ke atas. Lalu bawa ia ke depan mata. Bayangkan keris itu sebagai wujud huruf Alif dalam kata Allah ; huruf Alif yang tegak lurus, yang menjadi simbol bagi sifat Allah yang Al-Qayum (mandiri) atau Allah yang berdiri sendirinya.
Jadi, sebagai pemegang hulu keris, pangulu harus sadar bahwa ia sedang memegang huruf alif. Karena ia adalah khalifah yang dipercayakan sebagai pemimpin dari para pemimpin.
Bertolak dari hal ini maka setiap kebijakan, keputusan yang diambil atau dikukuhkan nya harus dimaknai sebagai wujud kebijakan dan keputusannya selaku khalifah atau kuasa Allah SWT. Yaitu kekuasaan untuk melakukan kebijakan dan keputusan yang nantinya harus ia pertanggungjawabkan di yaumil akhir ; di hari berhisab.
Ini baru satu contoh dari banyak sekali makna yang dapat disimbolkan oleh keberadaan sebuah karih (keris) menurut adat Minangkabau.
Sekarang coba kembangkan jemari tangan kanan Anda, dan hadapkan ia ke wajah. Selanjutnya, perhatikan sampai Anda dapat membayangkan rangkaian aksara Arab di jari jemari itu. Rangkaian aksara Arab ini akan mengukir nama yang mahaindah ; yaitu tulisan Allah. Ukiran nama Allah itu seperti tampak pada gambar di sebelah.
Menurut ajaran syarak, seluruh ajaran Illahiah yang tersebar dalam berbagai kitab di seluruh alam raya ini terangkum dalam 6.666 ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Karena itu Al-Qur’an sejak lama disebut nenek moyang kita sebagai Bundo Kanduang atau Ummul Kitabullah (Ibu dari segala Kitab Allah). Baik kitab yang tersurat, yang tersirat, ataupun kitab yang tersuruk (tersembunyi).
Kemudian makna 6.666 ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an maknanya menyatu dan menggumpal dalam surat Al Fatihah. Sehingga surat Al-Fatihah disebut juga Ummul Al-Qur’an (Ibu dari Al-Qur’an). Sedangkan kandungan makna surat Al Fatihah juga menggumpal pada ayat Bismillahirrahmanirrahim! Lalu makna Bismillahirrahmanirrahim menggumpal pula pada satu kata ; Allah.
Bila dikaitkan dengan posisi manusia sebagai khalifah (wakil Allah SWT) di muka bumi, maka jemari kita yang lima (yang menyiratkan nama Allah) inilah yang akan memegang keris. Maka ia menjadi simbol khalifah Allah SWT. Memegang keris maksudnya adalah menjadi wakil atau menjadi pemegang kuasa dari Allah SWT untuk memimpin kelangsungan kehidupan di atas dunia ini.
Sekarang, bayangkan, tangan Anda sedang memegang sebilah keris. Yaitu memegang dalam kondisi mata keris mengacung ke atas. Lalu bawa ia ke depan mata. Bayangkan keris itu sebagai wujud huruf Alif dalam kata Allah ; huruf Alif yang tegak lurus, yang menjadi simbol bagi sifat Allah yang Al-Qayum (mandiri) atau Allah yang berdiri sendirinya.
Jadi, sebagai pemegang hulu keris, pangulu harus sadar bahwa ia sedang memegang huruf alif. Karena ia adalah khalifah yang dipercayakan sebagai pemimpin dari para pemimpin.
Bertolak dari hal ini maka setiap kebijakan, keputusan yang diambil atau dikukuhkan nya harus dimaknai sebagai wujud kebijakan dan keputusannya selaku khalifah atau kuasa Allah SWT. Yaitu kekuasaan untuk melakukan kebijakan dan keputusan yang nantinya harus ia pertanggungjawabkan di yaumil akhir ; di hari berhisab.
Ini baru satu contoh dari banyak sekali makna yang dapat disimbolkan oleh keberadaan sebuah karih (keris) menurut adat Minangkabau.
Keris Sebagai Simbol Hakim
Dalam adat Minangkabau keris bagi seorang pangulu juga mengandung
arti simbolis tentang fungsinya sebagai hakim. Sebagai penyelesai
kesembrawutan, dan berbagai persoalan lainnya. Seperti tercermin dari
kata-kata adat berikut :
Sanjato karih kabasaran,
sampiang jo cawek nan tampeknyo,
sisiknyo tanaman tabu,
lataknyo condong ka kida,
di kesong mako dicabuik,
gembo tumpuan puntiang,
tunangan ulu kayu kamat,
kokoh tak rago diambalau,
guyahnyo bapantang tangga,
bengkok nan tangak tigo patah,
tapi luruih manahan tiliak,
bantuak dimakan siku-siku,
luruih dimakan banang,
bungka ganok manahan asah,
ameh batuah manahan uji,
hukum adie manahan bandiang,
jiikok bananyo manahan liek,
bamato baliak batimba,
tajam tak rago baasah,
putiah tak rago dek bakilia,
sanyawo pulo jo gembonyo,
pantang balampeh ka asahan,
mamutuih rambuik diambuihkan,
tajam nan tidak malukoi,
kan parauik parik hulu,
pangikih miang di kampuang,
panarah nan bungkuak sarueh,
ipuah nan turun dari langik,
biso nan pantang katawaran,
jajak ditikam mati juo,
ka palawan dayo rang haluih,
ka panulak musuah di badan,
jalan nan buruak jan tatampuah,
karih sampono ganjo erah,
lahia batin pamaga diri,
patah lidah bakeh alah,
patah karih bakeh mati.
Kata-kata adat di atas mencerminkan bahwa selain menjadi simbol khalifah, dan hakim, keris pangulu juga melambangkan kepemimpinannya dalam hal pertahanan diri dalam menghadapi musuh.
Pemasangan yang miring ke kiri melambangkan suasana perdamaian. Maksudnya hendak menggunakannya, keris tidak bisa langsung dicabut. Keris harus diputar dahulu ke arah kanan. Sehingga masih ada kesempatan untuk berfikir ulang. Jadi, pemakai keris diisyaratkan agar jangan sampai ceroboh. Apalagi bertindak emosional. Ia harus sabar, dan bijak mempertimbangkan akibat dari setiap kebijakan atau setiap keputusannya.
sumber:dikutip dari cuplikan buku MANJADI PANGULU, karangan Yulfian Azrial
Sanjato karih kabasaran,
sampiang jo cawek nan tampeknyo,
sisiknyo tanaman tabu,
lataknyo condong ka kida,
di kesong mako dicabuik,
gembo tumpuan puntiang,
tunangan ulu kayu kamat,
kokoh tak rago diambalau,
guyahnyo bapantang tangga,
bengkok nan tangak tigo patah,
tapi luruih manahan tiliak,
bantuak dimakan siku-siku,
luruih dimakan banang,
bungka ganok manahan asah,
ameh batuah manahan uji,
hukum adie manahan bandiang,
jiikok bananyo manahan liek,
bamato baliak batimba,
tajam tak rago baasah,
putiah tak rago dek bakilia,
sanyawo pulo jo gembonyo,
pantang balampeh ka asahan,
mamutuih rambuik diambuihkan,
tajam nan tidak malukoi,
kan parauik parik hulu,
pangikih miang di kampuang,
panarah nan bungkuak sarueh,
ipuah nan turun dari langik,
biso nan pantang katawaran,
jajak ditikam mati juo,
ka palawan dayo rang haluih,
ka panulak musuah di badan,
jalan nan buruak jan tatampuah,
karih sampono ganjo erah,
lahia batin pamaga diri,
patah lidah bakeh alah,
patah karih bakeh mati.
Kata-kata adat di atas mencerminkan bahwa selain menjadi simbol khalifah, dan hakim, keris pangulu juga melambangkan kepemimpinannya dalam hal pertahanan diri dalam menghadapi musuh.
Pemasangan yang miring ke kiri melambangkan suasana perdamaian. Maksudnya hendak menggunakannya, keris tidak bisa langsung dicabut. Keris harus diputar dahulu ke arah kanan. Sehingga masih ada kesempatan untuk berfikir ulang. Jadi, pemakai keris diisyaratkan agar jangan sampai ceroboh. Apalagi bertindak emosional. Ia harus sabar, dan bijak mempertimbangkan akibat dari setiap kebijakan atau setiap keputusannya.
sumber:dikutip dari cuplikan buku MANJADI PANGULU, karangan Yulfian Azrial
0 Response to "Karih Sebagai Simbol Panghulu di Minangkabau"
Post a Comment