Pakaian Lambak
Ampek, dalam upacara adat perkawinan Koto nan Gadang digunakan pada prosesi
upacara Dulang Paanta (Dulang
Pengantar) yaitu sebuah prosesi mengantar penganten laki-laki ke rumah
penganten perempuan, dengan membawa makanan adat di dalam Dulang. Pada prosesi ini terjadi baarak (arak-arakan) yang terdiri dari seluruh kaum ibu pihak
laki-laki termasuk anak perempuan yang memakai pakaian adat masing-masing.
Kaum remaja dengan pakaian Lambak Ampek diatur sedemikan rupa dalam upacara adat
arak-arakan. Posisi kaum remaja tersebut
berada di belakang kaum ibu yang menggunakan pakaian adat dan dibahagian depan rombongan arak-arakan penganten
laki-laki. Selanjutnya ketika
arak-arakan pengantar mempelai laki-laki sampai di rumah penganten perempuan,
para anak perempuan yang berpakaian Lambak
Ampek ditempatkan berdekatan dengan kedua penganten, yaitu di Pelaminan.
Makna keikut sertaan pakaian Lambak Ampek dalam upacara ini adalah bahwa anak gadis dalam budaya
Minangkabau sering disebut dengan anak pingitan. Anak pingitan sesungguhnya
adalah, bahwa segala perilaku dan kebebasannya terbatas, selalu diawasi oleh
keluarga, dan masyarakat lingkungan. Sebagaimana makna simbol yang melekat pada
pakaian adat Lambak Ampek bahwa
pengguna pakaian tersebut memiliki keterbatasan sesuai dengan status usia dan
harkatnya sebagai seorang wanita.
Di samping itu makna simbol pada pakaian Lambak Ampek menunjukkan, bahwa mereka
sudah diberi tanggung jawab yaitu mempelajari tatanan adat. Tujuannya adalah
sebagai acuan untuk berperilaku yaitu para gadis remaja secara adat harus
memahami dan mulai melaksanakan norma-norma sesuai dengan tatanan adat
Minangkabau.
Oleh sebab itu pakaian Lambak Ampek adalah simbol keberhasilan dari proses pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua dan keluarga menjelang akil balig. Proses pendidikan adat tersebut sudah dimulai sejak usia anak-anak yaitu dengan adanya para orang tua yang sudah melibatkan mereka ke dalam lingkungan adat. Seperti diawali dengan melibatkan anak-anak dengan pakaian adat yang disebut dengan Pisang Saparak, Bacawek Salai (pakaian untuk anak-anak dalam upacara). Jadi konsep pendidikan adat dalam pakaian Lambak Ampek adalah proses pemberian pendidikan tatanan adat, yang sudah dimulai sejak usia anak-anak yaitu mereka diperkenalkan terhadap lingkungan masyarakat adat. Keikut sertaan gadis remaja dalam upacara, maknanya adalah memberi kebebasan untuk menampilkan diri di muka orang banyak, yang dilingkungi oleh adat.
Oleh sebab itu pakaian Lambak Ampek adalah simbol keberhasilan dari proses pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua dan keluarga menjelang akil balig. Proses pendidikan adat tersebut sudah dimulai sejak usia anak-anak yaitu dengan adanya para orang tua yang sudah melibatkan mereka ke dalam lingkungan adat. Seperti diawali dengan melibatkan anak-anak dengan pakaian adat yang disebut dengan Pisang Saparak, Bacawek Salai (pakaian untuk anak-anak dalam upacara). Jadi konsep pendidikan adat dalam pakaian Lambak Ampek adalah proses pemberian pendidikan tatanan adat, yang sudah dimulai sejak usia anak-anak yaitu mereka diperkenalkan terhadap lingkungan masyarakat adat. Keikut sertaan gadis remaja dalam upacara, maknanya adalah memberi kebebasan untuk menampilkan diri di muka orang banyak, yang dilingkungi oleh adat.
Gadis remaja disebut dengan bunga yang sedang
kembang, sebagai belahan jiwa bagi kedua orang tuanya, secara psikologis mereka
sedang memiliki sifat dengan semangat yang tinggi. Kadang-kadang kaum remaja
tidak menyadari apa yang seharusnya pantas dan belum pantas untuk dilakukan.
Oleh sebab itu dalam prosesi upacara ia
ditempatkan dibahagian tengah karena mereka dianggap sebagai bunga yang harus dijaga dan dipelihara. Secara
halus memberikan isyarat kepada masyarakat bahwa mereka sudah bisa dipersunting
untuk dijadikan istri dan menantu. Karena mereka beranjak menjadi dewasa dan
akan menjadi calon ibu yang akan menggantikan generasi yang akan datang.
Seperti dalam adat dikatakan anak gadis sumarak
korong jo kampuang (anak gadis semarak korong dengan kampung).
Bagi orang Minangkabau anak gadis adalah sebuah
harapan yang akan mengembangkan keturunan sebagai generasi yang akan mewarisi
suku dan harta pusaka. Keikut sertaan mereka dalam upacara secara langsung
berarti mereka sudah mencoba melaksanakan tatanan adat sebagaimana
mestinya. Kehadiran gadis remaja yang
berpakaian Lambak Ampek, dalam
pandangan adat adalah penampilan yang
sangat rancak (cantik), dan
kecantikan tersebut dipakai sebagai media untuk tampil di hadapan urang banyak (keramaian upacara) sebagai kapalawan
dunie (pelawan dunia). Artinya kehadiran mereka di antara peserta upacara
adalah sebagai simbol bahwa mereka tetap mengikuti perkembangan zaman.
Dalam adat Minangkabau penampilan seperti di atas
adalah sebuah anjuran yang bermanfaat
untuk memberikan pengalaman baru kepada segenap anak perempuan yang berada
dalam fase pertumbuhan. Peristiwa upacara adalah wadah yang sangat strategis bagi mereka untuk
memperoleh pengalaman baru. Karena kaum perempuan yang menggunakan Lambak Ampek, pada gilirannya ke depan,
akan memasuki fase yang lebih tinggi yaitu fase berumah tangga. Oleh karena itu
keberadaan pakaian Lambak Ampek untuk
gadis remaja adalah ajang pelatihan,
pelajaran, dan pemahaman akan tanggung jawab yang telah menunggu ketika mereka
harus membina sebuah rumah tangga di masa depan. Makna dari pakaian Lambak Ampek dalam upacara adat yaitu
menghantar anak perempuan kemasa dewasa tanpa pernah lepas dari pengawasan
sosial.
0 Response to "Pakaian Adat Lambak Ampek di Nagari Koto nan Gadang Payakumbuh"
Post a Comment