Perkawinan adalah unsur penting dalam siklus kehidupan manusia. Kelompok masyarakat mana pun di dunia memiliki tradisi perkawinan yang khas. Bahkan dalam satu kelompok etnik terdapat berbagai macam ekspresi material maupun non material mengenai perkawinan.
Sampai batas tertentu sistem geopolitik tradisional Minangkabau terefleksi dalam tradisi perkawinan masyarakatnya. Adat istiadat yang terkait dengan perkawinan di darekberbeda dengan di rantau. Bahkan dalam luhak atau nagari yang berbeda terdapat tata cara perkawinan yang berbeda pula. Jenis pakaian yang dipakai pun variasi.
Rubrik Minang Saisuak kali ini menampilkan sebuah foto klasik pasangan penganten di darek. Foto ini (60×73 cm.) dibuat sekitar tahun 1910 dengan teknik fotolithografie. Sekarang foto aslinya tersimpan dalam koleksi Nederlands-Indi in foto’s, 1860-1940, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), Leiden.
Barangkali mamak dan mandeh kedua penganten ini adalah orang yang cukup berada, sebab di latar belakang tampak bagian rumah gadang yang ukirannya tampaknya agakbamego-mego.
Perhatikan pula hiasan kepala marapulai yang khas. Penggunaan keris yang diselipkan di pinggang marapulai masih ditemukan sampai sekarang di banyak nagari di Minangkabau. Begitu juga dengan model hiasan kepala marapulai yang terlihat dalam foto ini.
Penganten wanita memakai hiasan-hiasan yang khas, termasuk galang gadang dan semacam tas yang khas di tangannya. Liontin emas di dadanya juga cukup besar dan berumbai-umbai. Dia tidak memakai suntiang, tapi sejenis tikuluak tanduak. Hiasan kepala wanita seperti ini biasa ditemukan di luhak Agam dan Tanah Datar.
Dua wanita yang mengapit pasangan penganten ini pastilah berasal dariandan-pasumandan kedua belah pihak. Di Minangkabau, urusan domestik penganten baru diatur oleh kaum wanita (janda atau yang sudah menikah, tidak boleh anak gadis), termasuk dalam menata kamar pengantin, mempertemukan marapulai dengan anak daroyang masih malu-malu di tepi ranjang pengantin pada menit-menit awal malam pertama, dan lain sebagainya. Kaum laki-laki tinggal di luar sambil main domino, bakoa, maota, sambil mendudut rokok daun enau atau rokok (orang) putih.
Suryadi - Leiden, Belanda. (Sumber foto: KITLV Leiden) Singgalang, Minggu, 24 November 2013
0 Response to "Minang Saisuak #145 - Penganten Minang Tempo Doeloe (c. 1910)"
Post a Comment