MINUM KOPI sudah begitu membudaya di kalangan orang Belanda sekarang. Kelekatan lidah orang Belanda dengan bubuk kopi jelas dapat ditelusuri jauh ke zaman kolonial. Kita ingat istilah “Melayu Kopidaun” yang merujuk kepada ekploitasi tanaman kopi oleh Belanda di Sumatra pada zaman kolonial: biji kopi yang berkualitas tinggi dibawa oleh orang Belanda ke Eropa dan orang Melayu (pribumi) yang menanamnya hanya dapat menikmati daunnya yang direndam menjadi kawa.
Pada tahun 1830 Pemerintah Kolonial Belanda memberlakukan cultuurstelsel atau ‘Tanam Paksa’. Kebijakan ini dihentikan tahun 1870, tapi prakteknya terus belangsung sampai awal abad ke-20. Salah satu tanaman yang harus ditanam secara besar-besaran oleh penduduk pribumi adalah kopi. Hasil panen kopi harus dijual kepada Belanda dengan harga murah, tapi mereka menjualnya di Eropa dengan harga mahal. Untuk konteks Minangkabau, hal ini telah dibahas oleh Mestika Zed dalam thesis S2-nya di UI, “Melayu Kopidaun: ekploitasi kolonial dalam sistim tanam paksa kopi di Minangkabau, Sumatera Barat (1847-1908)” (1983). Kebijakan ‘Tanam Paksa’ yang menyengsarakan rakyat itu dikritik oleh Multatuli dalam novelnya yang terkenal Max Havelaar.
Foto Minang Saisuak kali ini merekam aktivitas kaum perempuan di tempat pengumpulan biji kopi di Sumatra Barat. Tidak dijelaskan pekerja dari onderneming kopi apa yang direkam dalam foto ini. Tapi yang jelas foto ini dibuat tahun 1920. Terlihat para wanita (banyak yang tidak ber-tikuluak) sedang membersihkan biji-biji kopi di atas hamparan papan yang dibuat agak miring. Sementara dalam karung masih nenunggu biji-biji kopi yang lain untuk dibersihkan. Tak kelihatan kaum lelaki dalam aktivitas ini. Memang dalam pekerjaan sortir-menyortir, seperti pekerjaan membersihkan biji-biji kopi ini, kaum wanita adalah ahlinya karena mereka lebih teliti dan telaten. Biji-biji kopi yang bagus ini, setelah diolah, dibawa ke Belanda dan dipasarkan di negara-negara Eropa lainnya. Kini kita dapat memahami mengapa banyak orang Belanda makin bertambah semangat kerjanya jika telah men-duduik secangkir kopi.
sumber
sumber