Di zaman sekarang, adalah sesuatu
yang sudah dianggap biasa jika kita melihat foto walinagari terpajang di
halaman koran, khususnya mereka yang sedang dilantik oleh Bupati
setempat. Sebagai unsur terendah dalam administrasi pemerintahan di
Sumatra Barat (sebelum desa dibentuk di Zaman Orde Baru dan di Zaman
Reformasi) walinagari jarang mendapat perhatian media, kecuali kalau ada
kejadian-kejadian yang agak luar biasa terjadi di nagarinya.
Oleh sebab itu pula, jarang kita
mendapatkan catatan tertulis dan visual tentang seorang walinagari yang
pernah memimpin sebuah nagari. Kalau kita berkunjung ke sebuah kantor
walinagari, jarang pula kita lihat foto-foto walinagari yang pernah
mengepalai nagari tersebut dipajang di kantor itu, tidak seperti di
kantor-kantor pemerintahan di tingkat yang lebih tinggi (seperti
bupati/walikota, gubernur, kedutaan, kementerian, dan presiden) yang
memajang foto pejabat-pejabat yang sedang memerintah dan juga yang
memerintah sebelumnya.
Dalam konteks itulah foto yang kami turunkan dalam rubrik Minang saisuak
kali ini agak terasa istimewa. Foto ini mengabadikan wajah Walinagari
Lubuak Bagaluang yang menjabat di akhir tahun 1940-an. Mungkin inilah
salah satu dari rekaman visual yang sangat langka tentang walinagari di
Minangkabau yang menjabat di tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia.
Banyak walinagari lain tidak akan pernah kita ketahui raut wajah dan
riwayat hidupnya karena tidak ada foto-foto yang ditinggalkan dan juga
tidak catatan tertulis mengenai mereka.
Foto ini berjudul ‘Te
Loeboek Bargaloeng (Padang) werd onlangs een districtskantoor geopend.
Deze opening ging met verschillende feestelijkheden gepaard. De Kepalla
Nogiri Sjamsjoeddin sprak enkele woorden tot de bevolking’.
Jadi, yang sedang berpidato dalam foto ini adalah Syamsuddin,
Walinagari Lubuak Bagaluang, saat peresmian Kantor Distrik di Lubuak
Bagaluang. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1949. Dalam kesempatan
itu diadakan pesta keramaian untuk rakyat (alek nagari).
Terlihat walinagari Syamsuddin tampil cukup necis: pakai baju kemeja,
lengkap dengan dasi dan kopiah beludrunya. Beliau tampaknya cukup pede
berpidato di belakang mikrofon yang pada waktu itu tentu masih jarang
disentuh oleh walinagari-walinagari lain.
sumber: Suryadi - Leiden, Belanda. | Singgalang, Minggu, 19 Januari 2014
0 Response to "Minang Saisuak #150 - Wali Nagari Lubuak Bagaluang Syamsuddin (1949)"
Post a Comment